Si Tampan adalah anak terkaya di desanya. Desa yang ditempatinya penuh dengan pohon kelapa karena mata pencarian masyarakatnya adalah petani kelapa. Hampir separuh perkebunan kelapa di desa itu milik orang tuanya. Si Tampan hidup dengan serba berkecukupan, tapi sayang kebiasaan sehari-harinya suka mengejek teman sebaya. Bertemu dengan teman kurus dibilangnya si cungkring, bertemu dengan teman yang gemuk dibilang si gendut dan lain sebagainya. Teman-teman sangat benci dengan cemoohannya.
Suatu sore si Tampan mengayuh sepedanya yang mahal, belum begitu jauh sepadanya dikayuh si Tampan melihat seorang temannya duduk di jembatan, sambil melihat didasar sungai dan kaki diayun-ayunkan.
Si Tampan langsung menyapanya (teman remajanya), “Hai Hitam”
“ya, ada apa”, Si Hitam Menjawab
“lagi ngapain duduk dan berjemur dibawah terik matahari, nanti tambah hitam lhooo, haahaaaa,”, ejek si Tampan.
Dengan wajah agak kesal Si Hitam menjawab “biar ja, emang merugikanmu”.
“Betul saya g’ rugi tapi kenapa wajahmu sangat hitam ya, dimandiin pake air kopi ya waktu lahir”, Dengan nada mengejek kata si Tampan kepada Si hitam.
Si Hitam menahan amarahnya dan berkata, “terserahmu mau bilang apa!”
Dari belakang si Tampan terdengar suara “ada apa ini?”, Tanya Si Ilmu.
Si Tampan langsung membalikkan badannya, dengan wajah terkejut dan terdiam. Ternyata dibelakangnya ada teman yang disegani semua teman-teman remajanya, karena si Ilmu adalah seorang remaja yang cerdas, rajin ibadah. Secara tidak sengaja si Ilmu lewat dan mendengar ejekan si Tampan kepada si Hitam. Kemudian si Ilmu dengan kewibawaannya menesahati si Tampan yang masih tertunduk diam.
“wahai saudaraku, mengejek teman adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah swt. di dalam al-Qur’an Allah telah menjelaskan “sungguh telah aku ciptakan manusia itu dalam keadaan sebaik-baik bentuk”. Toh Allah saja mengatakan demikian, kenapa diantara kita saling mengejek? Kenapa saling menghina?. Kalau kita mengejek ciptaan Allah itu artinya sama kita mengejek Allah swt. Ayo coba bayangkan berapa besar dosa ketika kita mnegejek teman atau ciptaan Allah swt? dan Allah tidak memandang ketampanan seseorang tapi yang Allah lihat adalah ketakwaaannya”.
Si Tampan mengangkat wajahnya dengan nada lemah berkata “maafkan saya, maafkan saya”.
“Minta maaflah kepada teman yang telah kamu ejek dan minta ampunlah kepada Allah bukan kepada saya.
Si Tampan menghela napasnya sambil berkata “baik si Ilmu sekarang aku baru menyadarinya”.
Si Tampan menghapiri si Hitam sambil mnegulurkan tangan dan berkata “maafkan aku sobat” dengan lapang dada si Hitam memaafkan si Tampan.
Kemudian si Tampan berjanji kepada dirinya sendiri mau minta maaf kepada teman-teman yang pernah dia ejek dan berjanji tidak mengulanginya lagi