Di sebuah gurun pasir tumbuhlah dua pohon kaktus. Mereka memiliki tubuh yang berbeda, kaktus yang bertubuh besar bernama Seon, dan yang bertubuh pendek bernama Xian. Mereka dua sabahat yang selalu tumbuh bersama. Suatu ketika, di antara mereka ada satu tunas yang mulai muncul. “Seon, lihat diantara kita ada satu pucuk yang tumbuh, kenapa tidak seperti tubuh kita ya?” Tanya Xian. “Iya, tubuhnya tidak berduri seperti tubuh kita,” sahut Seon.
Mereka terus merawat tumbuhan itu, setiap hari mereka siram dengan air yang ada di tubuhnya. Hari demi hari, tumbuhan itu terus tumbuh, dan mulai menampakan bakal bunga yang berwarna merah.
“Xi, sekarang tumbuhan ini sudah besar, kita beri nama dengan Rose ya, karena dia begitu cantik” kata Seon.
Setiap hari mereka menyayangi Rose. Rose terus tumbuh dan bunganya semakin mekar. Setiap hari selalu Rose menjaihili Xian dan Seon. Dia akan menusuk tubuh Xion dengan durinya. Dan Rose akan berpura-pura tidak melakukannya, dan selalu menyalahkan Seon. Akhirnya Xian dan Seon sering bertengkar gara-gara Rose, Rose akan merasa bahagia melihat mereka bertengkar. Xian dan Seon tidak pernah menyalahkan Rose, mereka begitu menyayangi Rose.
Suatu ketika, datanglah seorang pengembala yang sedang menunggangi kudanya. “Hmm, ada bunga mawar di tengah padang pasir?” Gumam si pengembala. Lalu dia menghampiri bunga mawar tersebut, dan memberikan satu mangkuk air supaya kalau dia haus bunga mawar akan bisa meminumnya. Si gembala mengambil air dan menyemprotkan kewajah bunga mawar, Rose sangat bahagia. Air yang ditaruh di depan Rose memantulkan wajah Rose yang cantik, kelopak yang berwarna merah merekah, tubuhnya yang cantik, daun –daunnya yang segar.
“Sungguh sempurna wajahku,” gumam Rose. “Ternyata selama ini, bukan aku yang butuh mereka, mereka itu yang butuh aku, dasar kaktus-kaktus licik,” pikir Rose. Hal ini membuat dirinya semakin sombong. “Kenapa lehermu ada bekas-bekas tusukan duri? Apa kamu ditusuk oleh kaktus-kaktus ini”, kata si pengembala. “Iya, mereka menusukku, mereka iri denganku karena mereka tidak bisa memiliki tubuh secantikku,” jawab Rose. “Baiklah kalau demikian, aku akan membawamu ke kota dan menempatkan ditaman bunga yang indah, biar semua orang bisa melihatmu, kamu akan menjadi idola di kota,” sahut gembala. “Benarkah?” Balas Rose. “Benar, aku akan membawamu ke kota, karena tempatmu bukan disini tapi dikota yang indah”.
Mendengar perkataan gembala, Rose tertarik dan ingin ikut bersama dia ke kota. “Kalau begitu, silakan kamu ambil tubuhku,” kata Rose. “Baiklah,” jawab si pengembala. Sementara itu, Xian dan Seon berpikir, kota itu bukan tempat yang indah, dan kota itu jauh, tidak mungkin Rose akan kuat untuk sampai di kota. Di perjalanan Rose akan layu dan mungkin dia tidak bisa tumbuh lagi. Akhirnya, setiap kali si pengembala mendakat ke tubuh Rose, Xian dan Seon selalu melindunginya. Yang membuat tangan si pengembala luka karena duri-duri tubuh Xian dan Seon.
Akhirnya, si pengembala menyerah, dan meninggalkan Rose. Sepeninggal si pengembala, Rose mengomeli Xian dan Seon. “Kenapa kalian tidak mengizinkan aku dibawanya ke kota?”. “Kalian iri, karena kalian tidak dibawanya” gerutu Rose. “Bukan begitu Rose, sahut Xian, kami bukannya iri kepada kamu, tetapi kami tau kalau kota itu letaknya jauh, kamu takkan sanggup sampai di kota”.
Mereka ribut. “Aku tidak butuh lagi siraman air dari kalian,” pinta Rose. “Ok, baiklah, aku tidak akan memberikan kamu air lagi,” sahut Seon. “Begitu juga denganku,” kata Xian. Mulai hari itu mereka tidak lagi saling bertegur sapa. Rose dengan kesombongannya tetap melihatkan dirinya tidak butuh Xian dan Seon. Beberapa hari terlewati, Rose memanfaatkan air yang diakarnya untuk terus berdiri kuat. Kemudian hari berikut air akarnya sudah mulai habis, dan perut mulai lapar, badannya sudah tidak sanggup lagi berdiri.
Kemudian, Seon berkata, “sudah sekarang kamu tidak akan bisa tumbuh kalau kamu tidak mau menerima air dari kami”. Rose menangis karena tau dia tidak bisa hidup tanpa Xian dan Seon. Kemudian Rose meminta maaf. Dan akhirnya mereka kembali berkawan dan hidup terus bersama. Tidak ada lagi kesombongan Rose karena kecantikkannya.