Di Balik Layar Pembuatan Soal: Liku-Liku Guru Menyusun Soal Ujian

Hari-hari menjelang ujian, suasana di ruang guru terasa berbeda. Para guru sibuk tenggelam dalam tugas merancang soal-soal ujian. Satu per satu, soal-soal itu mereka ketik ke dalam format yang tersedia. Mereka paham betul, soal yang disusun bukan sekadar rangkaian kata atau angka, melainkan alat untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap pelajaran. Untuk itu dalam pembuatan soal guru-guru merancang sedemikian rupa soal agar sesuai kaidahnya.

Menyusun soal ujian tidak gampang. Bayangkan, harus merangkai 25 soal pilihan ganda dan 5 soal esai dengan cermat. Setiap kata dipilih hati-hati, dengan harapan mampu menilai pemahaman siswa secara tepat. Tak sekadar bertanya, mereka harus mampu menggali kelemahan sekaligus kelebihan siswa di bidang yang diajarkan. Diarea mana siswa lemah dalam pemahaman materi dan di titik mana siswa kuat dalam penyerapannya.

Soal-soal yang disusun, selain memiliki tujuan, juga harus sesuai dengan prinsip-prinsip pembuatan soal. Soal tersebut harus reliable dan valid. Proses ini cukup rumit karena soal harus diuji coba terlebih dahulu kepada siswa, sehingga pembuatan soal sering kali harus dilakukan dua kali. Namun, hal ini dapat diakali dengan menggunakan soal yang sudah pernah digunakan dan terbukti efektif sebagai alat ukur yang memiliki keajegan.

Para guru tidak hanya menyusun soal untuk satu mata pelajaran, mereka juga harus menangani tiga hingga empat mata pelajaran sekaligus. Memang cukup merepotkan, karena mereka harus menjalankan dua tugas sekaligus: mengajar dan membuat soal. Mengajar tidak bisa dilakukan sambil menyambi membuat soal, namun mereka dapat menandai bagian-bagian penting dalam materi yang bisa dijadikan bahan untuk butir soal

Setelah soal rampung, mereka harus melalui tahap pemeriksaan yang ketat. Guru senior memeriksa soal-soal tersebut, tidak hanya dari segi konten, tetapi juga teknis dan bahasa. Bahkan, kesalahan kecil seperti titik atau koma bisa membuat soal harus diperbaiki berulang kali.

Selain itu, pembuatan soal terikat dengan jadwal yang ketat. Waktu yang terbatas sering kali memaksa beberapa guru memilih pulang terlambat atau membawa pekerjaan ke rumah. Waktu luang di sela-sela jam mengajar tidak cukup untuk menyusun soal dalam jumlah banyak. Di saat-saat kritis, masalah teknis seperti laptop yang mati, jaringan internet terputus, atau bahkan kerusakan printer sering muncul sebagai tantangan tambahan. Namun, sekolah telah menyediakan teknisi untuk segera mengatasinya.

Setelah lolos pemeriksaan, soal pun dicetak dan siap dibagikan kepada siswa pada hari ujian sesuai jadwal. Tapi episode ini belum berakhir. Ujian selesai, kini giliran guru berdebar memeriksa lembar jawaban siswa. Setiap lembar harus terisi penuh—baik itu soal pilihan ganda yang memerlukan tanda silang di setiap nomor, maupun soal esai yang membutuhkan jawaban detail.

Sebelum mulai mengoreksi, guru-guru biasanya memeriksa dulu apakah ada lembar jawaban yang kosong. Jika ditemukan kekosongan, hal itu segera dikonfirmasi kepada pengawas ujian dan menjadi sebuah catatan. Setelah semua lembar jawaban dipastikan terisi, barulah mereka menghadapi tumpukan koreksian yang menunggu menggunung.

Ada banyak kisah menarik selama musim koreksian. Salah satunya adalah Bu Nova, wali kelas 3, yang setiap hari tenggelam dalam tumpukan koreksian soal. Saat pulang, ia sering membawa satu bendel sisa soal untuk dikerjakan di rumah. Meski harus berbagi waktu dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak serta suami, lembar soal itu akhirnya bisa diselesaikan dengan baik.

Sementara itu, Bu Sari, guru matematika, sedikit terbantu karena soal yang ia koreksi tidak memerlukan uraian jawaban yang panjang. Namun, ia menghadapi hambatan kecil dalam mengetik angka-angka dalam berbagai format. Sebagai lulusan baru S1 yang sebelumnya bekerja di bagian tata usaha, Bu Sari cepat beradaptasi dengan tugas barunya sebagai guru.

Pak Ustadz Panji punya cerita berbeda. Ia disibukkan dengan koreksi soal Bahasa Arab. Soal Bahasa Arab punya kesulitannya sendiri, terutama dalam tata bahasa dan terjemahan. Semisal dia kepepet dengan batas waktu akhir pengumpulan nilai, tak banyak orang yang bisa membantunya dalam mengoreksi, karena saking uniknya mata Pelajaran Bahasa Arab.

Agak mending dengan Pak Fawwaz dan pak Heru, yang menggunakan sistem ujian digital. Pertanyaan-pertanyaan ujian diunggah ke dalam aplikasi, dan secara otomatis jawaban siswa akan terkoreksi serta hasilnya langsung terlihat. Tampak mudah di akhir proses, namun kesulitannya justru muncul saat mengunggah soal ke dalam aplikasi.

Inginnya sistem digital ini  diterapkan di semua jenjang, hanya saja cocoknya di jenjang SMP dan SMK saja, di jenjang SD sistem digital belum memungkinkan.

Itulah sekelumit perjalanan pembuatan soal ujian  sampai berakhir dalam bentuk nilai hasil ujian. Ditangan siswa, lembar soal mungkin hanya sekadar kertas berisi pertanyaan yang sulit dijawab. Namun, bagi guru, lembar soal adalah hasil dari perjalanan panjang dengan  segala tantangan dalam proses penyusunannya.

Begitulah gambaran kesibukan para guru di Darussalam Batam dalam salah satu bidang layanan, yakni Ujian Sekolah (STS). Bagaimana dengan layanan lainnya? Apakah Anda tertarik melihat lebih jauh tentang bagaimana kami mendidik dan melayani siswa? Daftarkan putra-putri Anda di sekolah kami sekarang juga! Hubungi call center atau WhatsApp kami yang tersedia untuk informasi lebih lanjut.

 

Pa Om

Share Postingan Ini Jika Bermanfaat :

1 thought on “Di Balik Layar Pembuatan Soal: Liku-Liku Guru Menyusun Soal Ujian”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top