Lihat Pembalasan Dariku
Oleh: Sa’adah Barira Al-khalifi
Ting… Ting….
Suara notifikasi hpku terdengar nyaring. Ternyata itu pesan yang berisi tentang surat pemberitahuan dari wali kelas bahwa besok hari Sabtu akan diadakan pembagian raport. Hmm… sudah aku duga, aku sudah mempersiapkan mental untuk menerima hasil ujian pertamaku di Sekolah Menengah Pertama. Aku juga sudah bersiap untuk mendengarkan ceramah dari orang tuaku. Tapi ternyata aku tidak diperbolehkan ikut untuk mengambil raport karena, itu sudah tertulis di suratnya.
Hari yang ditunggu-tunggu pun telah tiba, sekitar jam 8.10, mama sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah mengambil raport. lalu 20 menit kemudian mama sudah berangkat ke sekolah. Pada saat berangkat, mama hanya tersenyum mistererius kepadaku. Di rumah, aku menunggu dengan hati yang deg-degan tidak karuan aku takut hasil ujianku mengecewakan, padahal aku sudah lumayan bekerja keras untuk ujian pertamaku ini.
Jam 9.30 mama sudah pulang. Dengan ketakutan aku bertanya,
“Ma, gimana hasilnya? Jelek ya?” mama hanya tersenyum dan mengatakan
“Belajar lebih keras lagi ya, mama tau kamu bisa kok. Cuma kurang aja usahanya”.
“Aku minta maaf ya maa”. Ucapku kepada mama. Setelah percakapan itu aku melihat hasil raportku dan ya memang benar, hasil ujianku kurang bagus, bahkan bisa dikatakan jelek.
Keesokan harinya, mama memanggilku untuk turun ke bawah
“Dek sini dulu, mama mau ngomong”
“Iya maa” sahutku lantang.
Akupun langsung keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.
“Dek, kemaren mama bertemu salah satu orang tua temanmu”
“Siapa ma?” sahutku.
“Ga tau, mama ga kenal si, tapi mama inget mukanya yang mana”.”Kenapa ma” ucapku, lalu mama menjawab “Dia kemaren ngomong, ‘ohh itu Olif ya, yang suka ngumpulin tugas terakhir’ gitu kataya dek”.
Deghh.. hatiku bergetar setelah mama mengatakan itu. Terlihat sekali aura kekesalan dan kemarahan dimukaku. Melihat itu, mama langsung mengusap kepalaku dan berkata lagi
“Tidak apa-apa dia ngeremehin kamu, tunjukin bahwa anak mama ini bisa ya”. Setelah mama mengatakan itu aku langsung berlari ke atas dan masuk ke kamarku.
Saat yang ditunggu-tunggu aku naik ke kelas delapan. Saat itu sudah boleh berangkat ke sekolah lagi. Ya walaupun masih dibagi kelasnya menjadi 2 pertemuan. Ternyata anak dari orangtua yang meremehkanku itu ada di kelas yang sama denganku. Ku lihat anak itu dengan tatapan kesal. Aku jarang berbicara dengannya, kecuali saat mengerjakan tugas kelompok saja. Singkat cerita , sekolah sudah diperbolehkan untuk masuk full satu kelas. Aku sangat senang, aku bisa menunjukkan aku yang sebenarnya.
Suatu hari ada pengumuman di speaker, bahwa ada seleksi untuk cerdas cermat MAN IC. Pada saat itu aku sangat tertarik untuk ikut dan aku belajar keras untuk memepersiapkan diriku mengikuti seleksi cerdas cermat tersebut. Keesokan harinya, ternyata sudah banyak perwakilan dari kelas masing-masing untuk seleksi. Aku semakin terkejut dan deg-degan ketika ternyata yang ikut seleksi bukan hanya dari kelas 8 saja, ternyata ada kakak-kakak dari kelas 9 juga.
Disiku mentalku sudah sedikit terguncang, tetapi aku tetap optimis untuk bisa lolos ke posisi tim cerdas cermat MAN IC. Hari demi hari sudah aku lewati dengan seleksi ini. Tak tersasa sudah kurang lebih 2 minggu seleksinya. Hari ini adalah hari pengumuman tim cerdas cermat yang beranggotakan 12 orang. 6 orang dari kelas delapan, dan 6 orang sisanya yaitu kakak-kakak dari kelas 9. Ternyata, aku masuk ke dalam tim yang beranggotakan 12 itu. alhamdulillah…hasil kerja kerasku belajar dan menghafalkan materi sudah sedikit terbayarkan.
Hari pertama kami latihan, kami masih malu-malu untuk berinteraksi ke kakak kelas. Padahal mereka sangat baik dengan kami. Latihan sudah kami lalui bersama, kami rela pulang lebih lambat dari jam seharusnya hanya untuk berlatih dan belajar. Hari yang dinantikan telah tiba. Saat itu adalah hari Sabtu, ternyata pada hari itu, cuma babak penyisihan dan babak semifinal. Alhamdulillah kami masuk ke final. Tinggal satu langkah lagi kami akan memenangkan perlombaan ini.
Hari Minggu, yaitu hari lomba kami yang terakhir sekaligus final kami. Ternyata kami ditempatkan di podium C. Saat kami dipanggil untuk maju ke atas panggung, aku terus berdoa kepada Allah untuk diberikan kemenangan. Alhamdulillah hasil kerja keras tim kami membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Kami mendapatkan juara 1. Saat itu kami sangat senang. Kami pulang dengan perasaan yang campur aduk antara bahagia dan terharu.
Saat di mobil, mama berkata “Mama sudah bilang, kamu itu bisa. Cuma kurang kerja keras aja”. Aku hanya mengangguk dan tersenyum mendengarkan pernyataan mama itu. Aku percaya aku bisa lebih baik lagi jika aku berusaha lebih keras lagi dan tidak mudah menyerah. Ini pengalaman yang sangat membekas dan susah untuk dilupakan.
Biodata
Sa’adah Barira Al-khalifi, merupakan siswi SMPIT Darussalam 01 Batam kelas 9A.