Cerpen Karya Ahmad Farel Radelta, SMPIT Darussalam 01 Batam Kelas 9B.

Spiritual Camp Menjadi Dukun

Oleh : Ahmad Farel Radelta

Teng… Teng… Teng…

Bel sekolah berbunyi pertanda perjuangan menuntut ilmu bermanfaat para siswa hari itu sudah selesai. Para siswa segera masuk ke kelas kemudian merapikan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Tak lama setelah bel berbunyi Pak Rohman menghimbau agar semua siswa berkumpul di lapangan. Setelah mendengar pemberitahuan itu para siswa langsung bergegas ke lapangan. Setelah para siswa berkumpul di lapangan mulailah terdengar suara gemuruh sejuta pertanyaan siswa tentang apa yang akan disampaikan Pak Rohman. Kemudian yang ditunggu-tunggu datang sembari memegang mic ke hadapan semua siswa untuk menjawab seluruh rasa penasaran para siswa. Pak Rohman mengangkat mic ke depan bibir nya lalu menarik nafas panjang dan berkata dengan lantang.

“Anak-anak ku semuanya, sore ini kita akan mengadakan spiritual camp untuk putra kelas sembilan”, Pak Rohman menutup mulut lalu tersenyum tipis ke hadapan semua siswa. 

Keheningan para siswa menjadi balasan untuk perkataan Pak Rohman yang sedang tersenyum seperti mengharapkan sesuatu. Tak lama Pak Rohman pun menjelaskan tentang apa itu spiritual camp.

  “Haduh… Jadi kalian tidak mengerti spiritual camp ya? Ya sudah intinya kita nginap sambil beribadah, ngerti?”, ucap Pak Rohman yang masih berharap para siswa akan senang dengan pengumuman tersebut.

“Oalahhhhhh”, jawab para siswa 

“Ya sudah itu saja, pulang sana”, ucap Pak Rohman sambil memasang wajah masam bak jeruk mandarin yang sepertinya tak puas dengan respon para siswa.

Saat matahari mulai terbenam dan langit mulai menjingga aku dan para siswa satu persatu telah sampai di lokasi spiritual camp sambil membawa barang bawaan masing-masing. Kami segera merapikan barang-barang kami dan bersiap menunggu guru memulai acara.

“Duhh, lama sekali sih mulainya”, Kata Tio yang sudah tak sabar menanti.

“Sabar sedikit dong! Kita semua kan juga lagi nunggu”, Balas ku

“Sudahlah aku sudah suntuk disini, aku mau bermain di luar”, ucap Tio sambil berjalan keluar masjid.

“Hmm… Benar juga mending main di luar bersama teman yang lain”, ucap ku sambil tersenyum.

Para siswa-siswa yang lain pun mengikuti kami pergi keluar untuk bermain dan menikmati angin senja ini. Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba salah satu dari kami mengusulkan untuk mencari keris di sekitar sekolah dengan membaca mantra seperti yang sedang viral itu.

“Hei, gimana kita cari keris saja di sekitar sekolah ini? Siapa tau kita menemukan pusaka sakti kan”, ucap salah satu teman kami.

Tanpa pikir panjang kami segera bergegas mengelilingi sekolah sambil komat-kamit tanpa tau apa yang kami ucapkan. Saat tengah berjalan teman ku yang menggunakan jubah dan peci ditunjuk menjadi pemimpin kami untuk menuntun pencarian keris dan ia disebut “Gus Samsudit”. Kami melanjutkan ekspedisi kami dengan dipimpin Gus Samsudit yang sedang membaca mantra dan menggerak-gerakan tangan nya seperti sedang berusaha menarik sesuatu.

“Happp… Aghhhh…. Ini dia keris pusaka yang menjaga sekolah ini dari ancaman ghoib dunia luar”, ucap Tio sambil memegang sendok besi.

Kami serentak tertawa terbahak-bahak tanpa sadar suara kami sudah menembus langit ketujuh.

“KALIAN SEMUA KEMBALI KE MASJID”, Teriak Pak Rohman yang sudah geram dengan kelakuan kami.

Kami semua segera lari terbirit-birit hingga melewati kecepatan cahaya dan segera menuju masjid. Setelah sampai di masjid kami segera membaca Al-Quran agar meredam kemarahan Pak Rohman. Saat Pak Rohman masuk kami tak sanggup menahan tawa karena Tio masih memegang sendok pusaka yang tadi kami dapatkan. Pak Rohman melirik kearah kami dan dengan tatapan tajam ia berkata

“Kalian semua bising sekali! Apa tidak ada permainan yang lain?”

Kami sentak terdiam dengan raut wajah pucat bak kapur barus. Setelah diceramahi Pak Rohman kami semua segera meminta maaf sambil merayu-rayu Pak Rohman agar tak marah kepada kami.

“Ayolah, Pak…. Kami tidak akan mengulangi nya lagi”, rayu kami sambil memasang ekspresi memelas bak kucing persia meminta makan.

“Halah… Ucapan kalian hanya manis diawal saja”, balas Pak Rohman dengan wajah ngambeknya.

Setelah lama kami merayu dengan kata-kata yang lembut dan janji-janji manis kami hingga meluluhkan hati keras Pak Rohman. Kami segera duduk manis mempersiapkan diri untuk memulai acara.

 

Biodata

Ahmad Farel Radelta, merupakan siswa SMPIT Darussalam Batam yang kini duduk di kelas 9B.

Share Postingan Ini Jika Bermanfaat :

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top